Jumat, 05 Juni 2020

Jatinangor, Sumedang



Jatinangor merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Jatinangor berada di Wilayah Bagian Timur Kabupaten Sumedang. Kota kecil yang berluas 262 kilometer persegi ini sering disebut dengan Bandung coret, karena banyak orang yang mengira Jatinangor itu berada di Bandung, padahal pada kenyataannya berada di Sumedang.
Kecamatan Jatinangor terbagi atas 12 desa/kelurahan, yaitu Cibeusi, Cikeruh, Cilayung, Cileles, Cinta Mulya, Cipacing, Cisempur, Hegarmanah, Jatimukti, Jatiroke, Mekargalih dan Sayang. Desa Cilayung merupakan kelurahan dengan luas wilayah terbesar, sedangkan Desa Mekargalih memiliki wilayah terkecil. Sebagaimana daerah lain di kawasan Cekungan Bandung iklim yang berkembang di Jatinangor adalah iklim tropis pegunungan.
Nama Jatinangor sendiri adalah nama blok perkebunan di kaki Gunung Manglayang pada saat zaman Belanda. Nama itu diambil berdasarkan tanaman sejenis rumput yang banyak tumbuh di daerah tersebut. Sedangkan penduduk Jatinangor sekarang bila ditanya asal usul nama Jatinangor lebih banyak menjawab berasal dari kata "Jatina ngora" dalam bahasa Sunda yang berarti Jatinya muda.
Jatinangor dahulu sebagai wilayah perkebunan yang akhirnya kini berubah secara progresif menjadi sebuah kecamatan kota, yang dimana terjadi perkembangan kota di kecamatan ini sehingga sudah mengalami perubahan, dari sisi kegiatan ekonomi, tata ruang, bisnis, dan lainnya. Jatinangor kemudian menjadi daerah yang banyak dituju oleh semua kalangan, baik pendatang untuk pendidikan maupun pengusaha dalam mengembangkan perusahaannya.
Jatinangor semula merupakan kawasan perkebunan teh dan karet, yang dirintis pada era Tanam Paksa pada 1830-an. Sejak Universitas Padjadjaran membangun kampus di Jatinangor pada 1979, kawasan di kaki Gunung Manglayang ini berubah sebagai pusat pendidikan, sebagaimana dikenal sekarang. Pada tahun 2000, Jatinangor ditetapkan sebagai kecamatan, meninggalkan nama lamanya sebagai Kecamatan Cikeruh.
Dengan berdirinya perguruan tinggi IKOPIN (Institut Koperasi dan Manajemen Indonesia) di Desa Cibeusi, ITB Jatinangor (Institut Teknologi Bandung) yang dahulunya Universitas Winaya Mukti (Unwim) di Desa Sayang, IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri) di Desa Cibeusi, dan UNPAD (Universitas Padjadjaran) di Desa Hegarmanah dan Desa Cikeruh menjadi faktor yang sangat mempengaruhi dalam perkembangan Jatinangor menjadi “kota” kecamatan hingga akhirnya kini Jatinangor dikenal sebagai salah satu kawasan Pendidikan di Jawa Barat dengan nama “Kota Mahasiswa”.
Sejak tahun 1987 ditetapkan oleh Gubernur Jawa Barat menjadi kawasan pendidikan, di Bandung sudah terdapat 16 Universitas, Institut, dan perguruan tinggi, 25 akademi, dan 15 lembaga penelitian. Oleh karena itu, kegiatan pendidikan sejumlah perguruan tinggi di pindahkan ke Jatinangor, yang dilakukan bertahap mulai tahun 1992.
Berdirinya perguruan tinggi tersebut membuat terjadinya lonjakan penduduk atau migrasi penduduk sebagai pelajar/mahasiswa maupun pengusaha. Pelajar/mahasiswa tersebut tentu saja membutuhkan tempat tinggal untuk bermukim di Jatinangor yang membutuhkan lahan bangunan untuk tempat tinggal. Lahan bangunan tersebut tentunya menggantikan lahan pertanian menjadi lahan pemukiman, dan mengganti mata pencaharian yang awalnya petani menjadi pemilik indekost atau sewa bangunan tempat tinggal. Pengusaha-pengusaha mulai berdatangan untuk memenuhi kebutuhan pelajar/mahasiswa, termasuk berdirinya cafe/kedai, toko-toko kelontong, apartement dan pusat perbelanjaan yaitu Jatinangor Town Square (JATOS) dan Plaza Pajajaran. Kini Jatinangor menjadi kawasan yang ramai dengan mobilitas penduduk yang tinggi. Karena faktor-faktor tersebut Jatinangor sudah layak disebut sebagai “kota” kecamatan.
Pusat keramaian berada di Ciseke dan Hegarmanah, bahkan Ciseke kerap disebut sebagai “ibu kota” Jatinangor. Daerah Cikuda, Cisaladah, Ciseke, dan Hegarmanah menjadi pilihan mahasiswa UNPAD untuk bermukim. Sementara daerah seperti Sayang, Sukawening, Caringin, GKPN, Cibeusi, dan Kampung Geulis biasanya dipadati mahasiswa IKOPIN dan IPDN.
Objek bersejarah pun tak lepas dari Jatinangor ini. Objek bersejarah di Jatinangor yaitu berupa menara jam di lingkungan kampus ITB yaitu Menara Loji yang sekarang menjadi Taman Loji dan Jembatan Cikuda yang saat ini lebih dikenal dengan nama Jembatan Cincin yang pada mulanya dibangun sebagai penunjang lancarnya kegiatan perkebunan karet pada Zaman Belanda dahulu. Jembatan Cincin dibangun oleh perusahaan kereta api yang bernama Staat Spoorwegen Verenidge Spoorwegbedrijf pada tahun 1918 dan berguna untuk membawa hasil perkebunan.
Perkembangan Jatinangor juga semakin pesat setelah jalan tol Padaleunyi selesai dibangun, karena ujung jalan tol berada di Cileunyi yang berbatasan dengan gerbang masuk Jatinangor. Hingga akhirnya pada tahun 2015, Kecamatan Jatinangor menjadi salah satu wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan kota metropolitan Bandung Raya (Cekungan Bandung), salah satu wilayah metropolitan yang meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan Kabupaten Sumedang yang ada di Provinsi Jawa Barat.
Jatinangor juga mempunyai wisata yang tak kalah indah dengan wilayah yang lain. Wisata tersebut adalah Bandung Giri Gahana Golf & Resort  yang menawarkan tempat berlibur yang tenang dengan pemandangan pegunungan yang indah, berada di  Jl. Raya Jatinangor Desa Cikeruh Km 20 Sumedang, 45363 Jatinangor, Arboretum Unpad yang terdapat berbagai macam tanaman hias, jati, tanaman obat-obatan, tanaman buah dan tanaman langka terletak di Cikeruh, Gunung Geulis, Gunung Manglayang, dan Bumi Perkemahan Kiara Payung yang merupakan campground di Jalan Kiara Payung-Jatinangor.
Dengan perkembangan di Jatinangor yang sangat pesat ini, mari kita jaga agar lingkungan tetap asri dan tidak rusak walaupun semakin bertambahnya gedung-gedung tinggi di Jatinangor.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar