Jatinangor
merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan
Jatinangor berada di Wilayah Bagian Timur Kabupaten Sumedang. Kota kecil yang
berluas 262 kilometer persegi ini sering disebut dengan Bandung coret, karena
banyak orang yang mengira Jatinangor itu berada di Bandung, padahal pada
kenyataannya berada di Sumedang.
Kecamatan
Jatinangor terbagi atas 12 desa/kelurahan, yaitu Cibeusi, Cikeruh, Cilayung,
Cileles, Cinta Mulya, Cipacing, Cisempur, Hegarmanah, Jatimukti, Jatiroke,
Mekargalih dan Sayang. Desa Cilayung merupakan kelurahan dengan luas wilayah
terbesar, sedangkan Desa Mekargalih memiliki wilayah terkecil. Sebagaimana
daerah lain di kawasan Cekungan Bandung iklim yang berkembang di Jatinangor
adalah iklim tropis pegunungan.
Nama
Jatinangor sendiri adalah nama blok perkebunan di kaki Gunung Manglayang pada
saat zaman Belanda. Nama itu diambil berdasarkan tanaman sejenis rumput yang
banyak tumbuh di daerah tersebut. Sedangkan penduduk Jatinangor sekarang bila
ditanya asal usul nama Jatinangor lebih banyak menjawab berasal dari kata
"Jatina ngora" dalam bahasa Sunda yang berarti Jatinya muda.
Jatinangor
dahulu sebagai wilayah perkebunan yang akhirnya kini berubah secara progresif
menjadi sebuah kecamatan kota, yang dimana terjadi perkembangan kota di
kecamatan ini sehingga sudah mengalami perubahan, dari sisi kegiatan ekonomi,
tata ruang, bisnis, dan lainnya. Jatinangor kemudian menjadi daerah yang banyak
dituju oleh semua kalangan, baik pendatang untuk pendidikan maupun pengusaha
dalam mengembangkan perusahaannya.
Jatinangor
semula merupakan kawasan perkebunan teh dan karet, yang dirintis pada era Tanam
Paksa pada 1830-an. Sejak Universitas Padjadjaran membangun kampus di
Jatinangor pada 1979, kawasan di kaki Gunung Manglayang ini berubah sebagai
pusat pendidikan, sebagaimana dikenal sekarang. Pada tahun 2000, Jatinangor
ditetapkan sebagai kecamatan, meninggalkan nama lamanya sebagai Kecamatan
Cikeruh.
Dengan
berdirinya perguruan tinggi IKOPIN (Institut Koperasi dan Manajemen Indonesia)
di Desa Cibeusi, ITB Jatinangor (Institut Teknologi Bandung) yang dahulunya
Universitas Winaya Mukti (Unwim) di Desa Sayang, IPDN (Institut Pemerintahan
Dalam Negeri) di Desa Cibeusi, dan UNPAD (Universitas Padjadjaran) di Desa
Hegarmanah dan Desa Cikeruh menjadi faktor yang sangat mempengaruhi dalam
perkembangan Jatinangor menjadi “kota” kecamatan hingga akhirnya kini
Jatinangor dikenal sebagai salah satu kawasan Pendidikan di Jawa Barat dengan
nama “Kota Mahasiswa”.
Sejak
tahun 1987 ditetapkan oleh Gubernur Jawa Barat menjadi kawasan pendidikan, di
Bandung sudah terdapat 16 Universitas, Institut, dan perguruan tinggi, 25
akademi, dan 15 lembaga penelitian. Oleh karena itu, kegiatan pendidikan
sejumlah perguruan tinggi di pindahkan ke Jatinangor, yang dilakukan bertahap
mulai tahun 1992.
Berdirinya
perguruan tinggi tersebut membuat terjadinya lonjakan penduduk atau migrasi
penduduk sebagai pelajar/mahasiswa maupun pengusaha. Pelajar/mahasiswa tersebut
tentu saja membutuhkan tempat tinggal untuk bermukim di Jatinangor yang
membutuhkan lahan bangunan untuk tempat tinggal. Lahan bangunan tersebut
tentunya menggantikan lahan pertanian menjadi lahan pemukiman, dan mengganti
mata pencaharian yang awalnya petani menjadi pemilik indekost atau sewa
bangunan tempat tinggal. Pengusaha-pengusaha mulai berdatangan untuk memenuhi
kebutuhan pelajar/mahasiswa, termasuk berdirinya cafe/kedai, toko-toko
kelontong, apartement dan pusat perbelanjaan yaitu Jatinangor Town Square
(JATOS) dan Plaza Pajajaran. Kini Jatinangor menjadi kawasan yang ramai dengan mobilitas
penduduk yang tinggi. Karena faktor-faktor tersebut Jatinangor sudah layak
disebut sebagai “kota” kecamatan.
Pusat
keramaian berada di Ciseke dan Hegarmanah, bahkan Ciseke kerap disebut sebagai
“ibu kota” Jatinangor. Daerah Cikuda, Cisaladah, Ciseke, dan Hegarmanah menjadi
pilihan mahasiswa UNPAD untuk bermukim. Sementara daerah seperti Sayang,
Sukawening, Caringin, GKPN, Cibeusi, dan Kampung Geulis biasanya dipadati
mahasiswa IKOPIN dan IPDN.
Objek
bersejarah pun tak lepas dari Jatinangor ini. Objek bersejarah di Jatinangor
yaitu berupa menara jam di lingkungan kampus ITB yaitu Menara Loji yang sekarang menjadi Taman Loji dan
Jembatan Cikuda yang saat ini lebih dikenal dengan nama Jembatan Cincin yang pada
mulanya dibangun sebagai penunjang lancarnya kegiatan perkebunan karet pada
Zaman Belanda dahulu. Jembatan Cincin dibangun oleh perusahaan kereta api yang
bernama Staat Spoorwegen Verenidge Spoorwegbedrijf pada tahun 1918 dan berguna
untuk membawa hasil perkebunan.
Perkembangan
Jatinangor juga semakin pesat setelah jalan tol Padaleunyi selesai dibangun,
karena ujung jalan tol berada di Cileunyi yang berbatasan dengan gerbang masuk
Jatinangor. Hingga akhirnya pada tahun 2015, Kecamatan Jatinangor menjadi salah
satu wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan kota metropolitan Bandung Raya
(Cekungan Bandung), salah satu wilayah metropolitan yang meliputi Kota Bandung,
Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan Kabupaten Sumedang
yang ada di Provinsi Jawa Barat.
Jatinangor
juga mempunyai wisata yang tak kalah indah dengan wilayah yang lain. Wisata
tersebut adalah Bandung Giri Gahana Golf & Resort yang menawarkan tempat berlibur yang tenang
dengan pemandangan pegunungan yang indah, berada di Jl. Raya Jatinangor Desa Cikeruh Km 20
Sumedang, 45363 Jatinangor, Arboretum Unpad yang terdapat berbagai macam
tanaman hias, jati, tanaman obat-obatan, tanaman buah dan tanaman langka
terletak di Cikeruh, Gunung Geulis, Gunung Manglayang, dan Bumi Perkemahan
Kiara Payung yang merupakan campground di Jalan Kiara Payung-Jatinangor.
Dengan
perkembangan di Jatinangor yang sangat pesat ini, mari kita jaga agar
lingkungan tetap asri dan tidak rusak walaupun semakin bertambahnya
gedung-gedung tinggi di Jatinangor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar