Jumat, 05 Juni 2020

Virus Corona, Perekonomian Indonesia Terkena Imbasnya




          Virus Corona atau yang kini dinamakan COVID-19 sudah menjadi fenomena global. Banyak yang mengaitkannya dengan dampak pada ekonomi dunia. Dibalik hal tersebut, tidak hanya negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Indonesia pun juga terkena imbasnya. Terlebih lagi, kebutuhan ekspor dan impor Indonesia sangat bergantung pada negara China, dimana di negara tersebutlah virus  itu berasal.
          Indonesia sering melakukan kegiatan impor dari China dan China merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia. Cina juga merupakan salah satu penyumbang wisatawan terbesar Indonesia. Adanya virus Corona yang terjadi di China menyebabkan perdagangan China memburuk. Hal tersebut berpengaruh pada perdagangan dunia termasuk di Indonesia. Penurunan permintaan bahan mentah dari China seperti batu bara dan kelapa sawit akan mengganggu sektor ekspor di Indonesia yang dapat menyebabkan penurunan harga komoditas dan barang tambang.
          Rantai pasok bahan baku industri manufaktur Indonesia mulai menipis lantaran produsennya di China tidak beroperasi. Pemerintah China sendiri melarang warganya melakukan kegiatan di luar rumah hingga 8 Maret 2020. Dengan begitu, produksi bahan baku yang diimpor ke banyak negara termasuk ke Indonesia pun terganggu. Terlebih lagi terdapat larangan penerbangan pesawat dari China ke Indonesia dan begitupun sebaliknya.
          Berikut adalah data neraca perdagangan Indonesia ke China per Januari 2020 dari Badan Pusat Statistik (BPS).

1.    Ekspor merosot 12,07% menjadi USD 2,24 miliar. Penurunan yang sangat signifikan terjadi pada ekspor minyak dan gas (migas) dan non-migas.
2.    Impor turun sebesar 2,71% menjadi USD 4 miliar. Penurunan yang paling besar terjadi pada komoditas buah-buahan, seperti apel dan anggur. Hal inilah yang menyebabkan harga apel, anggur dan buah yang lain di pasaran melonjak tinggi.
          Wabah virus corona di China juga berdampak pada perdagangan pertanian Indonesia. Selama ini ekspor minyak kelapa sawit merupakan salah satu kontributor ekspor terbesar ke China. Namun bulan Februari 2020, realisasinya hanya mencapai 84.000 ton. Angka ini sangat jauh jika dibandingkan dengan realisasi di bulan sebelumnya yaitu Januari 2020 sebesar 487.000 ton dan pada periode yang sama tahun 2019 yang mencapai 371.000 ton (finance.detik.com, 17 Februari 2020).
          Dari sisi impor pangan, Indonesia yang memiliki ketergantungan bawang putih dari China, hanya dapat mengimpor bawang putih dari China sebesar 23.000 ton pada Februari 2020. Angka ini turun drastis jika dibandingkan dengan impor tahun sebelumnya yang mencapai 583.000 ton (finance.detik.com, 17 Februari 2020).
          Penurunan harga komoditas dan barang tambang akan berdampak kepada penurunan pendapatan pekerja di sektor tersebut. Karena ekonomi kita masih tergantung pada komoditas dan barang tambang, maka daya beli akan menurun. Jika daya beli menurun, maka tidak ada insentif bagi pengusaha untuk meningkatkan investasinya.
          Jika kita lihat di beberapa pasar tradisional, harga bahan-bahan pangan melonjak naik, akibatnya para pedagang di pasar memutuskan untuk tidak lagi menjual bahan pangan tersebut. Bahan pangan yang harganya melonjak naik seperti bawang bombai dengan harga Rp 250 ribu per/kg yang padahal awalnya hanya Rp 8 ribu per/kg. Selain itu, harga cabai rawit merah juga melonjak dengan harga Rp 50 ribu per/kg yang awalnya hanya Rp 25-30 ribu per/kg.
          Harga telur ayam negeri pun ikut naik. Telur yang biasanya dijual dengan harga Rp 24 ribu per/kg kini menjadi Rp 38 ribu per/kg. Kenaikan bahan pangan ini diperkirakan karena adanya virus corona yang sudah menyerang masyarakat Indonesia.
          Tidak hanya bahan pangan saja, alat-alat perlindungan diri seperti masker dan hand sanitizer juga ikut melonjak karena terjadinya kepanikan di masyarakat. Jika dilihat di online shop,  harga kedua barang tersebut naik berkali-kali lipat dari harga normal.
Dampakpun juga dirasakan di bidang pendidikan. Semua sekolah di Jakarta, Jawa Barat, Banten dan berbagai wilayah lain baik itu TK, SD, SMP, SMA hingga perkuliahan diliburkan sementara selama dua minggu. Para ASN dan beberapa karyawan swasta pun diizinkan untuk bekerja dari rumah tanpa harus pergi ke kantor. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran virus yang semakin hari semakin meningkat. Masyarakat dihimbau untuk tidak keluar rumah jika tidak ada kepentingan yang mendesak. Hal ini juga menyebabkan angka produktivitas menjadi menurun, dan minat beli masyarakat menjadi rendah sehingga berakibat pada perputaran keuangan di Indonesia.
Bank Indonesia (BI) mengakui dampak virus korona mulai terasa ke perekonomian Indonesia. Dampak itu bahkan bukan hanya dirasakan sektor riil, tapi juga industri keuangan dalam negeri. Kondisi ini terjadi karena aliran modal asing yang masuk Indonesia menjadi tertunda.
Aliran modal asing yang tersendat membuat pasar keuangan dan pasar saham anjlok. Tak hanya itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga terus terkoreksi karena virus korona. Virus ini berdampak ke sektor riil, pariwisata, investasi, perdagangan, dan sekarang keuangan. (NQ)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar